Kamis, 27 Februari 2014

SEUKIR FAKSI

Liar Sang Wibawa
Oleh: I

Kesukaran tatkala kau luapkan..
Kebisuan yang kau tampakkan menampar mencampakkan..
Keegoisan kerap bebal seolah menanah dalam ubunmu..
Tak terelakkan kau sibengis yang mempesona..

Liar tak berhati namun wibawa dibawa..
Siapakah ruhmu yang menjadikan fatamorgana ini..
Keelokan tuturmu meluluhkan mentari sang fajar..
Wibawa itu menerkam hati yang taat..

Pencakar kedisiplinan tak pantang..
Kau tak pernah bisa disamakan seperti aral..
Engkau yang liar yang berwibawa..
Yang kusentuh dengan kelembutan paras sutera..

Namun ketika bintang telah mendapatkan sinarnya..
Mentari merobek seperti roket membelah langit..
Dia mengaum menangis bak serigala pesakitan..
Mentari yang meluluhkan telah meradang sang wibawa..

---

Luar Nalar
Oleh: I

Sulit tak bisa terungkapkan..
Tidak seperti hujan deras yang turun dan tumpah..
Dia datang bersama dengan bunga tanpa mahkota..
Namun dia tanam benih itu agar tumbuh..

Syair tak pernah hidup diawalmu..
Namun syair mengiringi setelahnya..
Kau yang menyisakan kekhawatiran paras sutera..
Berpancar saat itu terasa buta..

Tak pelak mentari merasa haus..
Terikat, teriak, tak didengar..
Berucap, berharap hanya angin yang menyaut..
 Tapi benih itu masih akan tumbuh..

Takdir Tuhan sempat menyirami dengan bangga..
Awan putih kembali memayungi mentari..
Kisah ulung kembali dengan luka nanar..
Mentari melupakan kisah lama..

Benih yang tumbuh dengan keajaiban..
Telah diretas oleh Kuasa Penguasa..
Bersuka cita menyambut menyapa..
Dia yang menanam kini bersabar..